KETENANGAN JIWA

30. KETENANGAN JIWA

     Di alam modern seperti sekarang ini banyak orang yang sukses tapi tidak bahagia. Pangkat tinggi, uang banyak, harta melimpah tapi jiwanya selalu diliputi keresahan. Pangkat dan jabatan terus naik, tapi darahpun terus lkut naik. Bisnis sukses, dagangan maju, keuntungan berlipat ganda, tapi tamak, rakus dan kikirnya semakin menjadi- jadi. Rumah besar dan mewah, perlengkapan rumah tangga serba lux dan canggih, tapi justeru semakin tidak betah berada di rumah. Suami sibuk ke luar di luar jam kerja dengan alasan kerja lembur. Sementara isteri sibuk di luar dengan alasan arisan, padahal mencari pasaran.

            Seorang futurolog dari As, Alpin Tofler dalam bukunya Future Shock mengggambarkan, bahwa di era modern seperti sekarang ini banyak manusia yang bingung dan stres, karena sedang terjadi persaingan yang tajam dalam meraih materi, tetapi tidak diimbangi dengan aspek spiritual.

Di dalam masyarakat sedang terjadi cultural shock atau kejutan- kejutan budaya. Tetangga beli mobil baru, dibuatnya kaget. Teman kerja di kantor ditaikkan pangkatnya, dibuatnya kita bingung. Atau mungkin kita diturunkan jabatannya, dibutnya kita stres. Ahirnya banyak orang yang mengambil jalan pintas, bunuh diri. Bahkan semakin banyaknya anggota masyarakat yang mengkonsumsi narkoba mengindikasikan semakin tingginya tingkat keresahan jiwa masyarakat.

    Di era modern banyak manusia yang menilai bahwa kepuasan, kesenangan dan kebahagiaan hidup terletak dalam keberhasilannya mengumpulkan materi. Entah itu uang, harta, pangkat, jabatan atau hal- hal yang berbau duniawi. Materi telah menjadi tujuan hidup manusia. Bahkan tidak jarang manusia yang menuhankan benda. Inilah gaya hidup materialistik, yang sebenarnya akan menjatuhkan nilai dan martabat manusia. Ini menjadi “trade mark” manusia di era globalisasi.

    Nabi SAW. pernah memberikan gambaran, akan datang suatu masa nasib umat Islam seperti buih di tengah- tengah lautan yang diombang ambingkan oleh gelombang. Lalu para sahabat bertanya: “Ya Rasulallah, apakah pada saat nanti itu umat Islam jumlahnya sedikit ?” Rasulullah menjawab :”Tidak, tetapi banyak. Namun pada saat nanti itu umat Islam terjangkit penyakit wahan.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasulallah, apa itu penyakit wahan?” “Penyakit wahan adalah ‘Hubbuddunya wakarahiyatul maut’, Rakus dunia dan takut mati”. Agaknya hal ini sedang terjadi di tengah- tengah kita.

     Michael Jackson adalah contoh manusia yang sukses dalam karirnya. Ia adalah manusia yang telah berada di puncak ketenarannya, dengan julukan “mega bintang”. Ia telah melakukan operasi wajah sebanyak 12 kali, untuk mengubah bentuk wajahnya agar lebih trandi dan komersial. Namun ternyata, ia adalah manusia yang mengalami keresahan jiwa yang amat sangat. Bahkan terkadang ia menjerit ketika melihat wajahnya di cermin. “Mungkinkah wajah saya bisa dikembalikan ke wajah semula ? Bila itu dilakukan, apakah para penggemar saya tidak akan lari dari saya.” Berbagai pertanyaan terus menghantui hidupnya, sehingga menimbulkan keresahan yang amat sangat.

    Begitu pula Elvis Presley, si Raja Rock dari Amerika Serikat, adalah manusia sukses yang terus dihantui keresahan jiwa. Bahkan Elvis Presley hidupnya sangat tergantung kepada obat penenang, sampai ahirnya mengkonsumsi pel penenang over dosage. Akibatnya: Mati. Ini hanya sebagian kecil saja contoh manusia dewasa ini yang mengalami keresahan jiwa di tengah- tengah keberhasilannya meraih materi.

    Islam tidak melarang umatnya menjadi orang kaya, Islam tidak melarang umatnya memiliki kekayaan yang banyak. Sebab kekayaan atau harta sangat diperlukan dalam kehidupan manusia. Manusia adalah manusia, adalah makhluk yang terdiri dari jasmani dan rohani. Maka manusia sangat membutuhkan hal- hal yang bersifat jasmaniyah. Bahkan Islam menganjurkan agar umatnya memiliki banyak harta dan  sekaligus mengecam kemiskinan. Rasulullah bersabda:

كَاذَالْفَقْرُاَنْ يَكُوْنَ كُفْرًا

“Kefakiran dapat menyebabkan kekufuran.”

     Sahabat Nabi SAW banyak orang kaya. Siti Khadijah, isteri Rasulullah adalah orang kaya, Abu Bakar, Umar, Utsman adalah para konglomerat. Bahkan Abdurrahman bin Auf adalah saudagar yang memiliki kekayaan yang sangat banyak. Rasulullah tidak melarang mereka, sebab kekayaan mereka dijadikan alat untuk membangun Islam. Karenanya yang dikecam dalam Islam adalah menjadikan harta atau meteri sebagai tujuan hidup manusia. Islam menganjurkan agar harta, pangkat dan jabatan dijadikan alat untuk berjuang di jalan Allah dan mengabdi kepada-Nya.

    Maka mengapa di alam modern seperti sekarang ini semakin bayak manusia yang stres dan bungung ? Jawabannya sebenarnya sangat mudah. Di satu sisi manusia menganggap materi sebagai tuhan, menganggap uang adalah segalanya dan di sisi lain manusia telah jauh dari Allah SWT. Mereka tidak lagi mempunyai sandaran vertikal, yaitu Allah SWT.

   Seorang futurolog dari Jawa, Ki Ronggowarsito memberikan gambaran dalam bait- bait syairnya: “Anemoni jaman edan, ewuh oyo ing pambudi. Melu edan ora tahan, tan melu tan kepanduman.” (Menghadapi jaman gila, sulit untuk bersikap. Ikut gila tidak tahan, tidak ikut gila tidak kebagian). Namun dalam bait berikutnya ia melanjutkan: “Begjo begjoning wong kang edan, luwih begjo wong kang eling lan waspado” ( Sebahagia- bahagianya orang gila tentu lebih bahagia orang yang selalu ingat dan waspada).

   Maka hanya orang yang selalu dekat dengan Allah dengan segala pengabdiannya, akan memperoleh kebahagiaan hidup, dalam situasi dan kondisi apapun. Allah SWT berfirman:

الذين امنواوتطمئن قلوبهم بذكرالله الابذكرالله تطمئن القلوب.  الرعد: 28

“Orang- orang yang beriman dan hatinya menjadi tenang karena mengingat (berdzikir) kepada Allah. Ingatlah bahwa mengingat Allah hati akan menjadi tenang.” (QS. Ar- Ra’d: 28)

    Berdzikir kepada Allah bukan hanya sekedar mengingat Allah di dalam hati dan bukan pula hanya sekedar mengucapkan asma Allah dengan lisan. Manifestasi dzikir kepada Allah adalah ibadah kepada-Nya dalam segala aspeknya

واذكرواالله كثيرالعلكم تفلحون . الجمعة: 10

“Dan ingatlah kepada Allah sebanyak- banyaknya supaya kamu beruntung.” (QS. Al- Jumu’ah: 10)

    Dalam kesibukan kita sehari- hari yang menyita banyak waktu, tenaga dan fikiran, jangan lupa mengingat Allah. Dekatkanlah diri kita kepada-Nya agar kita memperoleh kebahagiaan hidup. Waktu yang Allah berikan kepada kita sehari semalam adalah 24 jam. Bisakah kita luangkan sebagian kecil saja untuk mengabdi kepada-Nya ? Hanya beberapa menit saja waktu yang dihabiskan untuk mendirikan shalat yang lima waktu, tapi mengapa masih saja kita menghindar dari perintah ini. Allah menjanjikan keberuntungan bagi orang- orang yang selalu dekat dengan-Nya

فأماان كان من المقربين فروح وريحان وجنة نعيم.  الواقعة: 88-89

“Adapun orang- orang yang dekat kepada Allah, maka ia akan memperoleh kebahagiaan/ ketentraman, rizki dan syurga yang penuh kenikmatan.” (QS. Al- Waqi’ah: 88- 89

    Maka agama menjadi terapi bagi orang- orang yang stres dan bingung. Bahkan lebih dari itu, agama menjadi alat pencegah terjadinya stres. Namun jangan  sampai agama hanya dijadikan alat pelarian dari kondisi yang tidak kita inginkan. Karenanya, selain kita harus lebih meningkatkan keimanan, mari kita luruskan tujuan dan orientasi hidup kita yang keliru.

    Apapun yang kita miliki, hakikatnya adalah milik Allah. Maka harta yang kita miliki, jabatan yang kita raih, pangkat yang kita peroleh bukanlah segala- galanya dan bukan sebagai tujuan hidup kita, tapi sebagai alat untuk beribadah kepada-Nya. Di dalam hidup yang penuh pengabdian kepada-Nya, kita akan memperoleh kebahagiaan hidup. Sebab diciptakannya kita adalah untuk beribadah kepada Allah SWT.

وماخلقت الجن والإنس الاليعبدون. الذاريات: 56

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan un tuk beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

 

                                                Ciputat, 1996

                                                Djedjen Zainuddin

Leave a comment