MEMBENTUK PRIBADI MUSLIM YANG TANGGUH

38

MEMBENTUK

PRIBADI MUSLIM YANG TANGGUH

      Pribadi muslim adalah gambaran Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin. Perilaku umat Islam adalah cerminan dari agama Islam. Sehingga orang luar Islam yang akan menilai agama Islam biasanya melihat perilaku umatnya, bukan melihat bagaimana ajaran agamanya. Imam Syibli mengatakan bahwa pribadi muslim itu harus laksana pohon mangga di pinggir jalan: Disambit dengan batu tetapi dibalas dengan buah.

    Umat Islam harus memberikan gambaran yang baik terhadap manusia dan lingkungannya, sebab umat Islam adalah umat yang terbaik yang Allah turunkan kepada manusia.

Artinya:

“Kamu Adalah umat yang terbaik yang diturunkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

Orang Islam itu laksana tanaman yang akarnya menghunjam ke perut bumi, yaitu iman dan aqidah, sementara cabangnya menjulang ke angkasa, yang menghasilkan buah- buahan yang bermanfaat, dan itu adalah amal shalih. Allah SWT berfirman:

 أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ() تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ()  ابراهيم: 24-25

Artinya:

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan- perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim: 24-25)

     Pribadi- pribadi seperti inilah yang akan menebarkan missi Islam ke tengah- tengah masyarakat. Namun kita prihatin menyaksikan kondisi umat Islam yang semakin hari semakin runtuh, menyaksikan kualitas umat Islam yang semakin merosot, sehingga tidak lagi mampu berhadapan dengan tantangan yang dihadapi. Ini adalah kenyataan yang pernah diucapkan oleh Rasulullah SAW.

بَدَأَالْاِسْلَامُ غَرِيْبًاوَسَيَعُوْدُغَرِيْبًاكَمَابَدَأَفَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ. قِيْلَ يَارَسُوْلَ اللهِ مَنِ الْغُرَبَاءُ. قَالَ اَلَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ اِذَاأَفْسَدَالنَّاسُ.  رواه احمد

Artinya:

“Islam mula- mula datang dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing seperti semula. Maka berbahagialah orang- orang yang dianggap asing. (Para sahabat) bertanya: “Ya Rasulallah, siapakah orang yang dianggap asing itu ?” Rasulullah menjawab: “Ialah orang- orang yang berbuat baik pada saat manusia berbuat kerusakan”. (HR. Ahmad)

 Maka umat Islam harus dengan penuh kesadaran segera membenahi dirinya, berupaya melakukan pembinaan yang intensif agar menjadi umat yang kuat dan tangguh dalam menghadapi tantangan zaman. Rasulullah menegaskan bahwa orang mu’min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang- orang mu’min yang lemah.

اَلْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌوَاَحَبُّ اِلىَ اللهَ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ

 “Orang mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mu’min yang lemah.”

 Pertama, membina aqidah yang kuat, yang dapat membuahkan amal shaleh. Di satu sisi imannya kuat dan di sisi lain imannya membuahkan amal shaleh (alladzina amanu wa’amilush-shalihat)

Keimanan ini harus dipupuk secara terus menerus (kontinyu), karena iman itu sering naik turun, tidak stabil. Adakalanya hari ini keimanan kita kuat, esok lusa kembali mengalami degradasi . Bahkan mungkin iman kita lepas dari tubuh kita (murtad). Maka setiap saat kita harus memperbaharui keimanan

جَدِّدُوْااِيْمَانَكُمْ فَاِنَّهُ يَزِيْدُوَيَنْقُصُ

 “Perbaharuilah imanmu, karena sesuangguhnya keimanan itu (terkadang) bertambah dan (terkadang) berkurang.”

     Banyak faktor penyebab rusaknya iman, ada yang dari dalam dan ada yang dari luar. Penyebab dari dalam yaitu hawa nafsu, seperti egois, rakus, serakah, amarah, dendam, kebencian dan lain- lain. Sedangkan penyebab dari luar bisa berasal dari manusia seperti ajakan berbuat ma’shiyat dan munkarat, dan berasal dari syetan/ jin melalui godaan halusnya ke dalam hati kita.

     Untuk dapat lebih meningkatkan keimanan, maka pertama banyak- banyaklah berdzikir kepada Allah, baik dengan lisan, perbuatan maupun hati. Manifestasi dari dzikir ini adalah seluruh pengabdian kita kepada Allah SWT. Kedua,  banyak- banyaklah duduk di majelis ilmu, agar wawasan kita semakin luas dan beribadah sesuai dengan ilmunya. Ketiga, bertemanlah dengan orang baik, orang shaleh agar kita selalu berada di rel yang benar. Kita dapat bercermin kepada teman kita dan mendapat nasihat pada saat berbuat keburukan. Keempat kurangi dan hindari perbuatan- perbuatan yang kurang bermakna/ bermanfaat, sebab perbuatan buruk yang kita anggap sepele itu secara perlahan tapi pasti akan menyeret kita ke jurang kecelakaan. Berawal dari mencoba, pada ahirnya akan menjadi pecandu.

 Kedua, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)

     Dalam diri manusia itu ada sumber- sumber kekuatan/ daya (SDM), yang apabila dikembangkan secara optimal akan melahirkan manusia- manusia yang tanggauh. Sumber- sumber daya tersebut adalah: insting/ naluri, hati/ perasaan, indera, akal/ rasio dan kemampuan fisik.

      Muslim yang tangguh dan berguna adalah apabila SDM-nya dikembangkan secara optimal. Terlebih pada saat memasuki era globalisasi ini dimana persaingan hidup semakin keras dan tantangan semakin berat, sangat dibutuhkan namusia- manusia yang berkualitas tinggi. Rasulullah SAW bersabda:

لاَخَيْرَفِيْمَنْ كَانَ مِنْ اُمَّتِيْ لَيْسَ بِعَالِمٍ وَلاَمُتَعَلِّمٍ

 “Tidak ada kebaikan pada umatku jika tidak ada orang pintar dan orang yang mengajarkan ilmu.”

Jangan sampai kita meninggalkan generasi penerus yang lemah dan buruk, sebab zaman yang mereka hadapi jauh lebih berat dengan zaman yang kita lalui.

Allah SWT berfirman.

 وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

 “Dan hendaklah takut kepada Allah orang- orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak- anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An- Nisa: 9)

     Kita tidak boleh meninggalkan keturunan atau generasi yang lemah, baik lemah fisiknya, mentalnya, imannya maupun lemah pengetahuannya. Sebab dalam kondisi lemah sementara tantangan semakin berat, maka akan melahirkan kondisi generasi yang selalu kalah dan runtuh. Kemenangan tidak akan dapat diraih kecuali dengan kekuatan. Maka untuk melahirkan generasi yang kuat dan tangguh, yang paling vital adalah meningkatkan kualitas lembaga- lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan harus benar- benar berorientasi kepada upaya menciptakan manusia yang cerdas dan berkualitas.

 Ketiga, adanya kontinyuitas da’wah dalam rangka membina jama’ah Islamiyah.

     Da’wah yang kontinyu artinya yang dilaksanakan secara terus menerus oleh umat Islam, tidak secerti letupan- letupan kecil atau seperti jamur di musim hujan. Da’wah tidak mengenal musim seperti buah- buahan, tetapi da’wah adalah aktifitas sepanjang masa (ila yaumil qiyamah).

     Da’wah bukan hanya tugas para ‘alim ‘ulama saja, da’wah bukan semata- mata tugas para kiyai dan para ustadz, tetapi tugas kita bersama.  Perjuangan Islam ibarat mata rantai yang panjang, bermula dari gerak da’wah Nabi Adam AS dan akan berahir pada hari kiamat nanti. Selama rentang waktu yang panjang itu, setiap muslim pada zamannya masing- masing wajib berda’wah dan berjihad secara kontinyu sesuai dengan kemampuannya masing- masing. Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin baru bisa terealisir bila ditegakkan sebagai bangunan yang utuh berdasarkan aqidah, syari’ah dan akhlakul karimah.

     Gerak da’wah tidak pernah mengenal berhenti. Sebab di depan mata kita terbentang problem umat yang yang kian rumit yang membutuhkan peranan dan keterlibatan kita. Di pundak kita masing- masing ada tanggung jawab sosial, yang kelak akan dimintakan pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT. Hidup di tengah- tengah masyarakat bagaikan para penumpang kapal yang sedang mengarungi lautan. Seluruh penumpang harus menjaga kapal, jangan dirusak, jangan dibocorkan, agar kapal selamat sampai di tujuan. Demikian pula hidup bermasyarakat, satu orang saja berbuat keburukan, akibatnya dapat menimpa seluruh anggota masyarakat. Karenanya tugas kita bersama; Di satu sisi kita harus amar ma’ruf dan di sisi lain kita harus nahi munkar.

                                                                         Ciputat, 1997

                                                                        Drs.H.Djedjen Zainuddin

Leave a comment