TIGA PANGKAL DOSA

25. TIGA PANGKAL DOSA

 

Manusia dilahirkan ke dunia dalam keadaan suci, tidak membawa dosa. “Kullu mauludin yuladu ‘alal fitrah” (Setiap manusia yang dilahirkan dalam keadaan suci). Tetapi setelah tumbuh dan berkembang,  kebanyakan manusia tidak mampu mempertahankan kesuciannya, sehingga ia terjerumus ke dalam perbuatan dosa, perbuatan yang mengotori kesuciannya. Ternayata semua kejahatan dan kesalahan manusia bersumber kepada tiga pangkal dosa, yaitu:

 Pertama:  Sombong atau al- kibr

 Sifat sombong ini bermula dari penolakan iblis akan perintah Allah untuk bersujud kepada Adam as. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an.

واذقلناللملئكةاسجدوالأدم فسجدواالاابليس ابى واستكبروكان من الكافرين.

 البقرة: 34

“Dan (ingatlah)  ketika Kami  berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia enggan dan sombong dan ia termasuk golongan yang kafir.” (QS. Al- Baqarah: 34)

 Iblis memperlihatkan kesombongannya di hadapan Allah SWT, karena merasa dirinya lebih baik dan lebih tinggi derajatnya jika dibandingkan dengan Adam. Maka menurutnya tidak pantas kalau ia harus menghormat kepada Adam. Hal ini tergambar dalam firman Allah SWT:

Allah berfirman: “Apa yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu ?” Menjawab iblis: “Saya lebih baik daripadanya. Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. Al- A’raf: 12)

Sombong adalah perbuatan jahat yang pertama kali dipraktekkan oleh makhluk Allah, yaitu iblis. Sehingga sifat sombong ini menjadi pokok dari segala sumber kejahatan manusia. Sifat sombong ini yang membuat iblis menjadi makhluk Allah yang selalu durhaka kepada-Nya sepanjang masa sampai hari kiamat nanti. Sifat sombong  akan terus disebarkan oleh iblis kepada umat manusia. Sebab kalau sifat sombong ini sudah tertanam dan mengakar ke dalam jiwa manusia, maka akan hancurlah kehidupan manusia, ia akan menjadi teman iblis dan celaka bersama- sama dengannya.

 Sifat sombong adalah sifat yang paling berbahaya dalam kehidupan manusia, baik kehidupan individu maupun kehidupan kemasyarakatan. Sehingga oleh Rasulullah SAW ditegaskan, bahwa orang yang di dalam hatinya ada sifat sombong meskipun sekecil biji sawi, maka ia tidak akan merasakan nikmatnya syurga. Sebab sifat sombong akan menjadi penghalang bagi seseorang untuk masuk syurga.

لاَيَدْخُلُ الجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍمِنْ كِبْرٍ

“Tidak akan masuk syurga orang yang di dalam hatinya ada sifat sombong meskipun sebesar biji sawi”

Perbuatan- perbuatan dosa yang berpangkal kepada sombong banyak sekali, antara lain: Tidak mau menyembah kepada Allah karena merasa dirinya besar. Fir’aun bukan saja tidak mau menyembah Allah, bahkan ia mengaku dirinya sebagai Tuhan yang harus disembah. Perilakunya itu merupakan manifestasi dari sifat sombong. Demikian juga menganggap orang lain kecil dan hina adalah juga akibat adanya sifat sombong. Tidak mau menghormati sesama, hilangnya sifat tawadhu, lunturnya rasa belas kasihan kepada sesama adalah juga pantulan dari sifat sombong. Allah SWT memberikan ancaman keras kepada manusia- manusia yang sombong:

 “Orang- orang yang menyombongkan diri dari menyembah Aku, pasti akan masuk neraka Jahannam sebagai manusia yang hina.” (QS. Al- Mu’min: 60)

Pangkal dosa yang kedua adalah rakus atau serakah. Di dalam bahasa agamanya adalah thoma’.

Rakus atau serakah adalah hasrat untuk memiliki dan menikmati semua yang ada tanpa batas dengan tidak menghiraukan hukum- hukum Allah. Sifat rakus ini dianggap sebagai pangkal dari dosa manusia, karena berawal dari keinginan Adam dan Hawa untuk menikmati semua yang ada di syurga, meskipun dengan jalan melanggar larangan Allah SWT, yaitu memakan buah khuldi.

 

 (Dan Allah berfirman): “Hai Adam  tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah- buahan)  mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang- orang yang dzalim.” (QS.  Al-A’raf: 19)

 

Adam dan Hawa oleh Allah diberikan kebebasan dan keleluasaan untuk menikmati apa yang ada di syurga dan memakan apa saja yang ada kecuali buah khuldi. Tapi ternyata yang satu inipun dilanggar oleh Adam dan Hawa.  Perbuatan Adam dan Hawa memakan buah khuldi ini merupakan perbuatan yang didorong oleh sifat serakah, meskipun diawali dengan godaan syetan.

 Gaya hidup materialistik yang melanda masyarakat dewasa ini, juga merupakan indikasi keserakahan manusia. Gaya hidup semacam ini bukan lagi menjadi barang rahasia di alam modern seperti sekarang, dan ini akan menjatuhkan nilai dan martabat manusia di sisi Allah SWT, karena manusia telah menghalalkan segala cara. Terpuruknya negri kita tercinta dan hancurnya perekonomian masyarakat lebih banyak disebabkan oleh rakusnya para pemimpin dan pejabat negeri ini dengan aji mumpungnya. SWT memperingatkan kita di dalam Al-Qur’an:

الهكم التكاثر. حتى زرتم المقابر . كلاسوف تعلمون . ثم كلاسوف تعلمون.

 التكاثر: 1- 4

“Bermegah- megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk ke dalam kubur. Jangan begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan itu). Dan janganlah begitu kelak kamu akan mengetahui” (QS. At- Takatsur: 1- 4)

 

Kejahatan- kejahatan yang ditimbulkan oleh sifat rakus ini banyak sekali,  antara lain: Korupsi, kolusi, manipulasi, pencurian, perampokan, kikir, menumpuk- numpuk harta, panjang angan- angan dan lain- lain. Semuanya sangat berbahaya, baik bagi kehidupan pribadi maupun masyarakat.

 Pangkal dosa yang ketiga adalah iri dan dengki atau hasad

 Iri dan dengki yaitu merasa benci atau tidak senang melihat orang lain memperoleh ni’mat dari Allah atau memperoleh kebahagiaan hidup. Sifat hasud pertama kali dilakukan oleh Qabil (putra pertama Adam) yang merasa tidak senang kepada adiknya (Habil) yang memperoleh ni’mat dari Allah SWT.  Kurban Habil diterima oleh Allah, sedangkan kurban yang diberikan Qabil ditolak. Untuk melampiaskan ketidak senangannya, ahirnya Qabil membunuh Habil dengan batu. Ini adalah pembunuhan pertama yang dilakukan bani Adam, sebagai akibat dari sifat hasud.

Allah SWT berfirman:

  “Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu”. Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang- orang yang bertaqwa.” (QS. Al- Maidah: 27)

 Sifat hasud adalah penyakit rohani yang sangat berbahaya baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Orang yang mempunyai sifat hasud hatinya akan selalu panas, membara dan bergolak. Setiap orang lain memperoleh ni’mat, hatinya akan mendidih dan terbakar.  Jiwanya menjadi labil dan stres, bahkan bisa menjadi gila. Di dalam hatinya terdapat penyakit yang bisa membakar dan menghancurkan dirinya. Demikian pula bahaya hasud bagi orang lain atau masyarakat, akan tersebar dan tertanam benih- benih kebencian yang tiada batas dan bahkan bisa membuahkan tragedi berdarah seperti pembunuhan Qabil kepada Habil.

 Perbuatan- perbuatan yang ditimbulkan oleh hasud antara lain: suudzan, ghibah, namimah (adu domba), fitnah, dendam, penganiayaan, permusuhan, pembunuhan dan lain- lain. Karenanya sifat hasud harus dijauhkan dari kehidupan kita.

 Rasulullah SAW bersabda:

اِنَّ الْغِلَّ وَالْحَسَدَيَأْكُلاَنِ الْحَسَنَاتِ كَمَاتَأْكُلُ النَّارُالْحَطَبَ

“Iri dan dengki keduanya bisa menghapus amal kebaikan seperti api yang membakar kayu”

 Tiga jenis perbuatan atau sifat buruk di atas menjadi pangkal- pangkal daripada dosa manusia. Rusak dan hancurnya manusia lebih banyak ditimbulkan oleh tiga sifat di atas. Maka setiap saat kita berupaya untuk menghindari dan menjauhi sifat- sifat tersebut. Sebab semuanya menjadi malapetaka bagi kita.

 Ciputat, 1992

Drs. H. Djedjen Zainuddin

Leave a comment