38

MEMBENTUK

PRIBADI MUSLIM YANG TANGGUH

 

Pribadi muslim adalah gambaran Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin. Perilaku umat Islam adalah cerminan dari agama Islam. Sehingga orang luar Islam yang akan menilai agama Islam biasanya melihat perilaku umatnya, bukan melihat bagaimana ajaran agamanya. Imam Syibli mengatakan bahwa pribadi muslim itu harus laksana pohon mangga di pinggir jalan: Disambit dengan batu tetapi dibalas dengan buah.

Umat Islam harus memberikan gambaran yang baik terhadap manusia dan lingkungannya, sebab umat Islam adalah umat yang terbaik yang Allah turunkan kepada manusia.

“Kamu Adalah umat yang terbaik yang diturunkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran: 110)

Orang Islam itu laksana tanaman yang akarnya menghunjam ke perut bumi, yaitu iman dan aqidah, sementara cabangnya menjulang ke angkasa, yang menghasilkan buah- buahan yang bermanfaat, dan itu adalah amal shalih. Allah SWT berfirman:

 أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ() تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ()  ابراهيم: 24-25

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan- perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim: 24-25)

Pribadi- pribadi seperti inilah yang akan menebarkan missi Islam ke tengah- tengah masyarakat. Namun kita prihatin menyaksikan kondisi umat Islam yang semakin hari semakin runtuh, menyaksikan kualitas umat Islam yang semakin merosot, sehingga tidak lagi mampu berhadapan dengan tantangan yang dihadapi. Ini adalah kenyataan yang pernah diucapkan oleh Rasulullah SAW.

بَدَأَالْاِسْلَامُ غَرِيْبًاوَسَيَعُوْدُغَرِيْبًاكَمَابَدَأَفَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ. قِيْلَ يَارَسُوْلَ اللهِ مَنِ الْغُرَبَاءُ. قَالَ اَلَّذِيْنَ يُصْلِحُوْنَ اِذَاأَفْسَدَالنَّاسُ.  رواه احمد

“Islam mula- mula datang dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing seperti semula. Maka berbahagialah orang- orang yang dianggap asing. (Para sahabat) bertanya: “Ya Rasulallah, siapakah orang yang dianggap asing itu ?” Rasulullah menjawab: “Ialah orang- orang yang berbuat baik pada saat manusia berbuat kerusakan”. (HR. Ahmad)

Maka umat Islam harus dengan penuh kesadaran segera membenahi dirinya, berupaya melakukan pembinaan yang intensif agar menjadi umat yang kuat dan tangguh dalam menghadapi tantangan zaman. Rasulullah menegaskan bahwa orang mu’min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang- orang mu’min yang lemah.

اَلْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌوَاَحَبُّ اِلىَ اللهَ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ

 “Orang mu’min yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang mu’min yang lemah.”

Pertama, membina aqidah yang kuat, yang dapat membuahkan amal shaleh. Di satu sisi imannya kuat dan di sisi lain imannya membuahkan amal shaleh (alladzina amanu wa’amilush-shalihat)

Keimanan ini harus dipupuk secara terus menerus (kontinyu), karena iman itu sering naik turun, tidak stabil. Adakalanya hari ini keimanan kita kuat, esok lusa kembali mengalami degradasi . Bahkan mungkin iman kita lepas dari tubuh kita (murtad). Maka setiap saat kita harus memperbaharui keimanan

جَدِّدُوْااِيْمَانَكُمْ فَاِنَّهُ يَزِيْدُوَيَنْقُصُ

 “Perbaharuilah imanmu, karena sesuangguhnya keimanan itu (terkadang) bertambah dan (terkadang) berkurang.”

Banyak faktor penyebab rusaknya iman, ada yang dari dalam dan ada yang dari luar. Penyebab dari dalam yaitu hawa nafsu, seperti egois, rakus, serakah, amarah, dendam, kebencian dan lain- lain. Sedangkan penyebab dari luar bisa berasal dari manusia seperti ajakan berbuat ma’shiyat dan munkarat, dan berasal dari syetan/ jin melalui godaan halusnya ke dalam hati kita.

Untuk dapat lebih meningkatkan keimanan, maka pertama banyak- banyaklah berdzikir kepada Allah, baik dengan lisan, perbuatan maupun hati. Manifestasi dari dzikir ini adalah seluruh pengabdian kita kepada Allah SWT. Kedua,  banyak- banyaklah duduk di majelis ilmu, agar wawasan kita semakin luas dan beribadah sesuai dengan ilmunya. Ketiga, bertemanlah dengan orang baik, orang shaleh agar kita selalu berada di rel yang benar. Kita dapat bercermin kepada teman kita dan mendapat nasihat pada saat berbuat keburukan. Keempat kurangi dan hindari perbuatan- perbuatan yang kurang bermakna/ bermanfaat, sebab perbuatan buruk yang kita anggap sepele itu secara perlahan tapi pasti akan menyeret kita ke jurang kecelakaan. Berawal dari mencoba, pada ahirnya akan menjadi pecandu.

Kedua, meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM)

Dalam diri manusia itu ada sumber- sumber kekuatan/ daya (SDM), yang apabila dikembangkan secara optimal akan melahirkan manusia- manusia yang tanggauh. Sumber- sumber daya tersebut adalah: insting/ naluri, hati/ perasaan, indera, akal/ rasio dan kemampuan fisik.

Muslim yang tangguh dan berguna adalah apabila SDM-nya dikembangkan secara optimal. Terlebih pada saat memasuki era globalisasi ini dimana persaingan hidup semakin keras dan tantangan semakin berat, sangat dibutuhkan namusia- manusia yang berkualitas tinggi. Rasulullah SAW bersabda:

لاَخَيْرَفِيْمَنْ كَانَ مِنْ اُمَّتِيْ لَيْسَ بِعَالِمٍ وَلاَمُتَعَلِّمٍ

 “Tidak ada kebaikan pada umatku jika tidak ada orang pintar dan orang yang mengajarkan ilmu.”

Jangan sampai kita meninggalkan generasi penerus yang lemah dan buruk, sebab zaman yang mereka hadapi jauh lebih berat dengan zaman yang kita lalui.

Allah SWT berfirman.

 وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

 “Dan hendaklah takut kepada Allah orang- orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak- anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS. An- Nisa: 9)

Kita tidak boleh meninggalkan keturunan atau generasi yang lemah, baik lemah fisiknya, mentalnya, imannya maupun lemah pengetahuannya. Sebab dalam kondisi lemah sementara tantangan semakin berat, maka akan melahirkan kondisi generasi yang selalu kalah dan runtuh. Kemenangan tidak akan dapat diraih kecuali dengan kekuatan. Maka untuk melahirkan generasi yang kuat dan tangguh, yang paling vital adalah meningkatkan kualitas lembaga- lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan harus benar- benar berorientasi kepada upaya menciptakan manusia yang cerdas dan berkualitas.

 Ketiga, adanya kontinyuitas da’wah dalam rangka membina jama’ah Islamiyah.

Da’wah yang kontinyu artinya yang dilaksanakan secara terus menerus oleh umat Islam, tidak secerti letupan- letupan kecil atau seperti jamur di musim hujan. Da’wah tidak mengenal musim seperti buah- buahan, tetapi da’wah adalah aktifitas sepanjang masa (ila yaumil qiyamah).

Da’wah bukan hanya tugas para ‘alim ‘ulama saja, da’wah bukan semata- mata tugas para kiyai dan para ustadz, tetapi tugas kita bersama.  Perjuangan Islam ibarat mata rantai yang panjang, bermula dari gerak da’wah Nabi Adam AS dan akan berahir pada hari kiamat nanti. Selama rentang waktu yang panjang itu, setiap muslim pada zamannya masing- masing wajib berda’wah dan berjihad secara kontinyu sesuai dengan kemampuannya masing- masing. Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin baru bisa terealisir bila ditegakkan sebagai bangunan yang utuh berdasarkan aqidah, syari’ah dan akhlakul karimah.

Gerak da’wah tidak pernah mengenal berhenti. Sebab di depan mata kita terbentang problem umat yang yang kian rumit yang membutuhkan peranan dan keterlibatan kita. Di pundak kita masing- masing ada tanggung jawab sosial, yang kelak akan dimintakan pertanggungjawabannya di hadapan Allah SWT. Hidup di tengah- tengah masyarakat bagaikan para penumpang kapal yang sedang mengarungi lautan. Seluruh penumpang harus menjaga kapal, jangan dirusak, jangan dibocorkan, agar kapal selamat sampai di tujuan. Demikian pula hidup bermasyarakat, satu orang saja berbuat keburukan, akibatnya dapat menimpa seluruh anggota masyarakat. Karenanya tugas kita bersama; Di satu sisi kita harus amar ma’ruf dan di sisi lain kita harus nahi munkar.

                                                                         Ciputat, 1997

                                                                        Drs.H.Djedjen Zainuddin

16. SIKAP POSITIF

MENYAMBUT BULAN RAMADHAN

 

Beberapa hari lagi kita akan bertemu bulan Ramadahan tahun…….H. Bulan Ramadhan adalah bulan yang dihormati dan diagungkan oleh Allah SWT, bulan yang mulia dan penuh keberkahan. Bulan Ramadhan adalah penghulu dari segala bulan.

 Laksana tamu agung yang dihormati dan dicintai, setiap kedatangan bulan Ramadhan Rasulullah dan para shahabatnya selalu menyambutnya dengan penuh kegembiraan, dengan penuh suka cita. Di depan para shahabat Nabi SAW sering mengucapkan tahniyah:

اتَاَكُمْ رَمَضَانَ سَيِّدُالشُّهُوْرِفَمَرْحَبًابِهِ وَاَهْلاً, جَاءَشَهْرُالصِّيَامِ بِالْبَرَكَاتِ فَاَكْرِمْ بِهِ مِنْ زَائِرٍهُوَاتٍ

Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan. Maka ucapkanlah selamat datang kepadanya. Telah datang bulan Puasa, membawa segala rupa keberkahan. Maka alangkah mulianya tamu yang datang itu.

 Pada saat  Ramadhan tiba, Rasulullah SAW dan psra shahabatnya menyambutnya dengan penuh suka cita. Sebaliknya, jika hampir berahir Ramadhan, mereka bersedih, karena tahun depan belum tentu bertemu  kembali dengan bulan yang agung dan mulia itu.

 Mengapa bulan Ramadhan dianggap sebagai bulan yang paling mulia ? Karena selain di dalamnya diperintahkan berpuasa, banyak sekali keistimewaan bulan Ramadhan, antara lain:

 

  1. Bulan Ramadhan adalah satu- satunya nama bulan yang tersurat di dalam Al-Qur’an
  2. Bulan Ramadhan adalah permulaan diturunkannya Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW.
  3. Pada bulan Ramadhan diturunkan Malam Qadar, dimana pada malam itu nilai pahala amal manusia dilipat gandakan lebih baik dari 1.000 bulan
  4. Dilipat gandakan pahala amal manusia. Rasulullah SAW bersabda:

 مَنْ تَطَوَّعَ بِخِصْلَةٍمِنْ خِصَالِ الْخَيْرِكَانَ كَمَنْ اَدَّى فَرِيْضَةًفِيْمَاسِوَاهُ,  وَمَنْ اَدَّى فِيْهِ فَرِيْضَةًكَانَ كَمَنْ اَدَّى سَبْعِيْنَ فَرِيْضَةً فِيْمَاسِوَاهُ. ( رواه ابن خزيمة عن سلمن الفريس)

Barang siapa mengerjakan sunnah di dalam bulan Ramadhan dari perkara- perkara kebajikan, adalah sama seperti orang yang menunaikan fardhu di bulan selain Ramadhan. Dan barang siapa yang menunaikan fardhu di bulan Ramadhan pahalanya sama dengan menunaikan 70 fardhu di bulan selain ramadhan. (HR. Ibnu Khuzaimah dari Salman Al-Farisi)

  1. Dibukakan pintu- pintu syurga dan ditutup rapat- rapat pintu neraka.
  2. Dibelenggunya syetan dan nafsu

Di dalam hadits qudsi dijelaskan:

اِذَاجَاءَشَهْرُرَمَضَانَ فُتِحَتْ اَبْوَابُ الْجَنَّةَوَغُلِقَتْ اَبْوَابُ النَّارُوَصُفِّدَتِ الشَيَاطِيْنُ

Apabila datang bulan Ramadhan dibukakan pintu- pintu syurga, ditutup pintu- pintu neraka dan dibelenggu syetan.

 Dengan tidak mengecilkan bulan- bulan yang lainnya,  maka dalam pandangan Islam, bulan Ramadahan adalah bulan yang paling mulia,  sehingga bulan Ramadhan disebut “sayyidusy-syuhur” (penghulu segala bulan). Karenanya jika Ramadhan tiba  kita harus menyambutnya sesuai dengan ajaran Islam. Sikap positif itu adalah:

 Pertama, hendaklah kita memeperlihatkan kesenangan hati dan jiwa dalam menghadapi bulan Ramadhan, sebagaimana yang selalu diperlihatkan oleh Rasulullah SAW dan para shahabatnya. Mereka selalu menyambut bulan puasa, karena bulan ini adalah bulan yang penuh keberkahan, rahmat dan ampunan dari Allah SWT.

 Kedua, mengulang dan mempelajari kembali pelajaran- pelajaran yang berkenaan dengan ibadah puasa., agar kita dapat melaksanakan puasa dengan baik dan benar sesuai dengan tatacara yang digariskan agama. Pelajaran- pelajaran tersebut baik mengenai rukun puasa, syarat puasa, amalan- amalan yang diwajibkan, disunahkan dan diharamkan ketika berpuasa. Juga tentang rahasia, manfaat dan hikmah- hikmah yang terkandung dalam ibadah puasa. Puasa Ramadhan datang hanya satu tahun sekali, mungkin saja diantara kita ada yang lupa tentang tata cara puasa yang baik, sehingga perlu mempelajari kembali, agar apa yang kita laksanakan tidak keliru dan tidak sia- sia di hadapan Allah SWT.

 Ketiga, menguatkan semangat (himmah) untuk menjalankan latihan dengan sempurna, agar kita memperoleh kesan yang mendalam dari latihan yang suci itu. Bulan Ramadhan adalah bulan latihan berjihad; Berjihad memerangi nafsu yang tercela, memerangi loba dan tamak. Bulan puasa adalah bulan latihan sabar, jujur dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Juga bulan untuk mensucikan diri dari berbagai dosa dengan budi pekerti yang tinggi dan terpuji.

 Keempat, memperbanyak do’a semoga Allah SWT memberikan kekuatan, kelapangan dan kesempatan untuk dapat mengerjakan ibadah puasa. Juga mudah- mudahan Allah memberikan taufiq dan hidayah-Nya, sehingga dapat menunaikan ibadah puasa dengan hati yang jujur dan penuh keikhlasan, terjauh dari riya, ujub, sum’ah dan dari segala bentuk penyakit hati yang dapat menghilangkan nilai pahala puasa.

 Kelima, hendaklah kita berusaha melenyapkan kebiasaan- kebiasaan (tradisi) yang memberatkan dalam menjalankan ibadah puasa. Kita dapati sebagian besar umat Islam menyambut bulan puasa dengan kebiasaan yang memberatkan yang sama sekali tidak ada perintah dari Allah maupun Rasul-Nya. Kebiasaan itu antara lain ketika Ramadhan tiba, mereka berusaha mengumpulkan berbagai makanan dan minuman yang sedap- sedap, yang mahal- mahal yang justeru semakin memperbesar anggaran biaya/ belanja. Mereka berdalih: “Ini adalah keperluan puasa, ini adalah sirop puasa, kue puasa, tepung puasa, ayam puasa” dan lai lain. Maka jika tidak dapat mengumpulkan makanan dan minuman yang enak- enak, mereka merasa kecewa, seolah- olah puasanya kurang sempurna. Suatu ketika seorang tuan menjual sebagian kekayaannya kepada seorang saudagar kaya. Setelah itu ia membelanjakan uangnya untuk membeli berbagai jenis makanan dan minuman yang istimewa. Salah seorang  pembantunya bertanya: “Untuk apakah tuan menyediakan makanan dan minuman sebanyak ini? Padahal  selama ini tuan tidak pernah  mengumpukannya sebanyak ini.” Tuan itupun menjawab: “Ini persiapan untuk bulan puasa yang hanya tinggal beberapa hari lagi.” Mendengar jawaban tuannya itu sang khadim berkata: “Tuan menyambut bulan Ramadhan dengan memperbanyak rupa- rupa makanan dan berfoya- foya. Saya tidak sanggup lagi berlama- lama dengan tuan. Sudilah kiranya tuan mengembalikan saya kepada tuan saya yang dulu”

 Ternyata fenomena seperti ini telah menjadi bagian budaya yang tidak bisa dipisahkan dari bulan Ramadhan. Bila Ramadhan tiba anggaran belanjapun naik berlipat ganda. Padahal budaya ini bukan saja tidak ada dalam Islam, tetapi juga dilarang oleh agama, karena termasuk pemborosan, mengada- ada dan perbuatan yang memberatkan. Agama hanya menyuruh kita untuk memperbanyak amal dan  shadaqah kepada fakir miskin dan kepada orang yang sedang puasa.

 Keenam, mengucapkan tahniyah atau selamat datang atas tibanya bulan Ramadhan. Rasulullah saw selain mengucapkan tahniyah, beliau juga menggembirakan para shahabatnya dengan perkataannya:

قَدْجَاءَكُمْ شَهْرُرمضانَ شَهْرٌمُبَارَكٌ كَتَبَ اللهُ عليكم صِيَامَهُ فِيْهِ تُفْتَحُ اَبْوَابُ الْجِنَنِ وَتُغْلَقُ ابوابُ الْجَحِيْمِ وَتُغَلُّ فيهِ الشَّيَاطِيْنَ فِيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌمِنْ اَلْفِ شَهْرٍمَنْ حُرِمَ خَيْرُهَافَقَدْحُرِمَ

Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkati. Allah memerintahkan kepadamu di dalamnya untuk berpuasa. Dalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu syurga, ditutup segala pintu neraka dan dibelenggu segala syaithan. Di dalamnya ada malam yang nilainya lebih baik dari 1.000 bulan. Barang siapa tidak diberikan kebaikan padanya pada malam itu, berarti ia telah diharamkan baginya segala macam kebaikan. (HR. Ahmad, Nasai dan Baihaqi dari Abi Hurairah)

 Banyak diantara kita apabila datang  bulan Ramadhan justeru menjadi stres, karena puasa Ramadhan dianggapnya sebagai beban yang sangat memberatkan. Bahkan ada yang seperti disiksa, yang tadinya bebas makan di mana saja, namun dengan datangnya bulan Ramadhan kebebasan itu tidak ada lagi, seolah- olah seperti dikekang di dalam penjara.

 Ini semua karena kesadaran akan menaati perintah-Nya masih sangat rendah, masih harus terus dipupuk agar muncul kesadaran yang tinggi. Berpuasa memang bentuk ibadah yang berat, tetapi kalau dilaksanakan dengan penuh keikhlasan dan kesadaran akan melahirkan bermacam- macam manfaat dan hikmah bagi kehidupan kita. Sehingga berpuasa tidak lagi menjadi beban tetapi sebagai kebutuhan dalam hidup kita.

Ciputat,  1992

Drs. H. Djedjen Zainuddin

                                               

 

 

 

02

LARI DARI MENGABDI KEPADA ALLAH

Mengajak taqwa…..

Muslimin sidang Jum’at Rahimakumullah,

Maksud diciptakan manusia adalah untuk mengabdi, untuk beribadah, untuk menghambakan diri kepada Allah SWT. Sebagaimana Ia tegaskan dalam firman- Nya.

وماخلقت الجن والانس الاليعبــدون  (الطور: 56)

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk mengabdi kepada-Ku” (QS. Ath-Thur: 56)

Ayat di atas menegaskan kepada kita tentang maksud diciptakan manusia, yaitu untuk mengabdi kepada Allah SWT. Namun kenyataannya kurang bahkan tidak disadari oleh manusia. Lebih banyak manusia yang menghambakan dirinya kepada uang, jabatan, kedudukan, pekerjaan dan lain- lain.

Banyak manusia yang meninggalkan perintah Allah SWT dan lari dari pada-Nya karena berbagai dalih dan alasan. Ada empat alasan yang sering dilontarkan oleh manusia namun alasan- alasan tersebut akan ditolak oleh Allah nanti di hari penghisabannya:

Pertama di hari perhitungan Allah akan bertanya: “Wahai hamba-Ku mengapa waktu di dunia engkau tidak mengabdi kepada-Ku ?”  

 “Ya Allah aku tidak sempat beribadah karena aku disibukkan oleh harta kekayaan, oleh urusan- urusan duniawi.”

“Wahai hamba-Ku, tahukah engkau Nabi Sulaiman ? Ia sangat kaya raya, bahkan istananya sangat megah, bertatahkan emas dan intan. Tapi ia tetap megabdi kepada-Ku. Maka engkau tidak mengabdi kepada-Ku dengan alasan sibuk mengurus duniawi, alasan tersebut Aku tolak.”

Kesibukan kita setiap saat janganlah menjadi penyebab meninggalkan perintah Allah SWT, bahkan harus dijadikan alat untuk lebih mendekatkan diri kita kepada-Nya. Allah SWT berfirman:

ياايهاالذين امنوالاتلهكم اموالكم ولااولادكم عن ذكرالله ومن يفعل ذلك فاؤلئك هـم الخــاسرون   (المنافقون: 9)

“Wahai orang- orang yang beriman, janganlah harta dan anak- anakmu melalaikan dirimu untuk mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian, ia termasuk golongan  orang- orang yang merugi.” (QS. Al-Munafiqun:9)

Masalah duniawi sangatlah perlu, tapi urusan akhirat adalah prioritas utama. Dalam Islam segala macam urusan dan usaha harus selalu diorientasikan kepada akhirat, agar apa yang kita usahakan tidak sia- sia, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Allah SWT. Tidak ada urusan yang tidak bernilai ibadah apabila diniatkan karena Allah.

Pepatah mengatakan: “Jika kita menanam padi, maka rumput pun akan ikut tumbuh. Tapi jika kita menanam rumput, jangan harap akan tumbuh padi.” Artinya jika kita berusaha dengan selalu diniatkan lillahi ta’ala, maka pahalapun akan kita dapat. Tapi jika urusan semata- mata duniawi, jangan harap pahala akan didapat.

Kedua, Allah akan bertanya: “Wahai hamba-Ku, mengapa waktu di dunia engkau tidak beribadah kepada-Ku ?”

“Ya Allah, waktu di dunia aku tidak mengabdi kepada-Mu karena terikat oleh peraturan, oleh majikan saya yang sangat mengikat.”

“Wahai hamba-Ku, tahukah engkau Nabi Yusuf AS ? ia dikekang dan dipenjarakan, tapi ia tetap mengabdi kepada-Ku. Maka alasanmu itu aku tolak mentah- mentah.”

 Nabi Yusuf AS dikekang dan dipenjarakan, tapi ia tetap taat melaksanakan perintah Allah. Demikian juga misalnya Bilal bian Abi Rabah, meskipun disiksa dengan cara diseret, dicambuk dan dibebani batu besar, tetapi tetap dari mulutnya keluar ucapan “Allahu Ahad…Allahu Akbar…”

Ada tiga kelompok manusia yang paling cepat masuk syurga; yaitu para syuhada, budak/ pembantu yang terikat majikannya tetapi tetap beribadah dan orang miskin yang sabar dan tetap mengabdi kepada Allah.

Ketiga, di hari penghitungan amal, Allah bertanya kepada hamba-Nya: “Wahai hamba-Ku mengapa waktu di dunia engkau tidak mengabdi kepada-Ku”

“Ya Allah waktu di dunia saya jatuh miskin, saya menjadi orang yang putus asa karena kemiskinan saya, saya selalu hinggapi oleh kesulitan- kesulitan, sehingga saya tidak sempat mengabdi kepada-Mu ya Allah”

“Wahai hamba-Ku, tahukah engkau Nabi Isa AS ? Ia adalah hamba-Ku yang sangat miskin, ia tidak mempunyai rumah, baju satu kering di badan, tetapi ia tak pernah berhenti mengabdi kepada-Ku. Maka alasanmu seperti itu tidak Aku terima.”

Kemiskinan yang berpihak kepada kita, semestinya menjadi modal dasar bagi kita untuk bersabar tawakkal kepada Allah SWT, sebab sabar dan tawakkal adalah bagian daripada iman.

Keempat, ada  orang yang tidak beribadah dengan alasan sakit, maka Allah bertanya: “Tahukah engkau dengan Nabi Ayub as ? Ia adalah hamba-Ku yang aku uji dengan penyakit yang luar biasa parahnya, sehingga istrinya dan masyarakatnya mengusirnya ke hutan karena merasa jijik terhadap penyakit nabi Ayub. Tapi ia tetap tabah, tetap ibadah kepada Allah SWT. Maka alasanmu tidak mengabdi karena penyakit, Aku tolak mentah- mentah”

Orang- orang sholih gembira kalau diberikan ujian sakit dan kesulitan  hidup. Sebab hal itu menjadi media untuk menebus dosa- dosanya. Rasulullah SAW bersabda:

مامن مسلم يصيبه اذىمن مرض فماسواه الاحط الله به سيئاته كماتحط الشجرةوزقها. رواه مسلم

“Tidak tertimpa pada seorang muslim akan satu penyakit atau selainnya, kecuali Allah akan menghapuskan kesalahan- kesalahan (dosa) orang itu seperti bergugurannya daun- daun kering dari pohonnya.

(HR. Muslim)

 

Di dalam hadits lain Nabi SAW bersabda

 

لاتسب الحمىفانهاتذهب خطايابنى ادم كمايذهب الكبرخبث الحديد. 

رواه مسلم

“Janganlah kamu memaki demam (penyakit panas badan), maka sesungguhnya demam itu akan menghapuskan kesalahan (dosa) manusia seperti api yang dapat merontokkan karat- karat besi.” (HR. Muslim)

 

Sakit adalah lampu kuning dari Allah, mungkin dapat disembuhkan atau bahkan berahir dengan kematian. Maka tidak ada halangan bagi kita untuk tetap beribadah kepada Allah SWT.

Hadirin Sidang Jum’ah rahimakumullah

Sebenarnya tidak ada alasan untuk meninggalkan ibadah kepada Allah SWT.

Anak- anak TK sudah pandai menyanyi: “Yang disayang- sayang, orang kaya tidak sembahyang. Kaya mana dengan Nabi Sulaiman, Nabi Sulaiman rajin sembayhang……”

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk kepada kita ke jalan yang benar, amin.

بــارك الله لىولكم…..

 

Ciputat, 1989

Drs.H.Djedjen Zainuddin