24. PENGHUNI NERAKA
Manusia adalah makhluk yang mulia di sisi Allah SWT. Karenanya kita hendaklah menjaganya agar kita tidak jatuh ke lembah yang nista dan hina. Allah SWT berfirman.
ولقدكرمنابنى ادم وحملناهم فى البروالبحرورزقناهم من الطيبات وفضلناهم على كثيرممن خلقناتفضيلا. الإسراء: 70
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak- anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rizki dari yang baik- baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (QS. Al- Ira: 70)
Ayat di atas merupakan penegasan Allah SWT bahwa manusia adalah makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah di atas makhluk- makhluk lainnya. Keunggulan manusia sebagai ciptaan Allah itu baik dari segi fisik maupun mentalnya, baik jasmani maupun rohaninya. Di dalam ayat lain Allah menegaskan
لقدخلقناالإنسان فى احسن تقويم. التين: 4
Sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia dalam sebaik- baik bentuk. (QS. At- Tin: 4)
Dari ujung rambut hingga telapak kaki, semuanya adalah keindahan ciptaan Allah. Bandingkanlah dengan binatang. Binatang berjalan merangkak atau melata, sementara manusia jalannya tegak dengan kepala di atas.
Manusia adalah makhluk yang mulia, manusia adalah makhluk yang utama dan manusia adalah makhluk yang indah bentuknya. Tapi mengapa penghuni neraka kebanyakan dari jin dan manusia ? Firman Allah SWT
ولقدذرأنالجهنم كثيرامن الجن والإنس لهم قلوب لايفقهون بهاولهم اعين لا يبصرون بها ولهم أذان لا يسمعون بهااولئك كالانعام بل هم اضل اولئك هم الغافلون. الأعراف: 179
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi) neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat- ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda- tanda kekuasaan Allah) dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat- ayat Allah). Mereka itu laksana binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang- orang yang lalai (Al- A’raf: 179)
Ayat di atas memberikan jawaban, mengapa penghuni neraka itu kebanyakan terdiri dari jin dan manusia
Pertama:
لهم قلوب لا يفقهون بها
Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami tanda- tanda kebesaran Allah SWT.
Hati adalah pusat pengendali yang ada dalam tubuh manusia. Bila hatinya baik maka seluruh perbuatan akan baik. Demikian sebaliknya. Rasulullah SAW bersabda:
اِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةٌ اِذَا صَلُحَتْ صَلُحَ كُلُّهُ وَاِذَافَسَدَتْ فَسَدَ كُلُّهُ اَلاَ وَهِيَ اَلْقَلْبُ
Sesungguhnya di dalam tubuh itu ada segumpal darah. Apa bila ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya dan apabila rusak, maka rusaklah seluruh tubuhnya. Segumpal darah itu adalah hati.
Hati yang baik akan memantulkan perbuatan/ perilaku yang baik. Hati yang baik akan melahirkan ketaatan akan perintah Allah SWT dan ketaatan untuk menjauhi segala larangan-Nya. Bahkan orang yang sudah muslim dan mu’min sekalipun, tingkatan kebaikan dan kesadaran hatinya akan terlihat dalam menaati perintah Allah SWT.
Ada orang yang melaksanakan perintah Allah karena takut adzab-Nya. Orang mu’min ini seperti anak kecil yang mau melaksanakan perintah orang tuanya karena takut dimarahi. Juga ada orang mu’min yang mau melaksanakan perintah Allah SWT karena mengharapkan syurga-Nya. Persis seperti anak kecil yang mau melaksanakan permintaan orang tuanya karena mengharapkan upah darinya. Yang paling baik adalah orang yang melaksanakan perintah Allah SWT karena ikhlas lillahi ta’ala, sebagai rasa syukur atas ni’mat dan karunia yang telah Allah berikan kepadanya.
Kedua
لهم اعين لايبصرون بها
Mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat ayat- ayat Allah.
Ayat- ayat Allah itu baik yang micro cosmos yaitu Al- Qur’an maupun macro cosmos yaitu alam dunia serta isinya. Yang semuanya itu adalah ayat- ayat/ tanda- tanda kebesaran Allah SWT.
Melihat ciptaan Allah untuk ditafakuri dan difahami agar menambah keimanan dan ketakwaan. Merenungi kebesaran Allah agar manusia menyadari akan kelemahan dirinya serta mengikis sifat sombong yang dapat menjerumuskan manusia kepada kebinasaan.
Teramat banyak manusia yang celaka kerena matanya digunakan untuk ma’siyat kepada Allah SWT. Banyak sekali ma’siyat yang bersumber dari mata. Ghibah dan namimah banyak bersumber dari mata. Pencurian dan perampokan banyak berasal dari pandangan mata. Belum pernah kita dengar orang buta mencuri dan merampok. Perzinahan dan perjudian banyak berawal dari pandangan mata.
Maka mata yang tidak dapat dikendalikan menjadi penyebab jatuhnya manusia ke jurang kebinasaan dan menjadi penyebab terjerumusnya manusia ke neraka Jahannam.
Ketiga
لهم اذان لايسمعون بها
Mereka mempunyai telinga tetapi tidak digunakan untuk mendengar ayat- ayat Allah.
Mestinya telinga sebagai salah satu ni’mat dari Allah digunakan untuk mendengarkan kebenaran, mendengarkan bacaan Al- Qur’an, mendengarkan kalimah takbir, tahmid, tahlil serta nasihat- nasihat yang baik.
Ada tiga tingkatan telinga dan hati manusia dalam menerima kebenaran:
Pertama, telinga dan hati manusia laksana tanah merah yang ditimpa air hujan. Meresap, subur dan tumbuh pepohonan yang menghasilkan buah- buahan. Telinga seperti ini apabila mendengar kebenaran ia terima, diresapi dan difahami yang ahirnya melahirkan perbuatan amal shaleh.
Kedua, telinga dan hati manusia laksana pasir yang ditimpa air hujan. Sebesar apapun hujan menimpa pasir hanya sekedar lewat seperti tidak pernah terjadi apa- apa. Telinga seperti ini bila mendengarkan nasihat dan petuah hanya sekedar lewat, masuk telinga kanan keluar dari telinga kiri. Tidak meninggalkan berkas apa- apa.
Ketiga, telinga dan hati manusia laksana batu yang ditimpa air hujan. Sebesar apapun hujan menimpa batu, semuanya akan mental. Telinga dan hati manusia seperti ini selalu menolak akan kebenaran, seperti pemuka- pemuka Quraisy yang menentang da’wah Rasulullah SAW misalnya Abu Jahal, Abu Lahab dan Abu Sufyan.
Manusia yang sangat dimuliakan dan ditinggikan derajatnya oleh Allah, manusia yang diciptakan dengan sebaik- baik bentuk, ternyata nasibnya harus menjadi penghuni neraka jahannam. Bila mengamati ayat di atas penyebabnya adalah kerena hatinya tidak digunakan untuk memahami tanda kebesaran Allah, matanya tidak digunakan untuk melihat tanda- tanda kebesaran Allah dan telinganya tidak digunakan untuk mendengarkan ayat- ayat Allah
Manusia semacam ini digambarkan oleh Allah seperti binatang ternak. Bahkan nasibnya lebih sesat daripada binatang ternak. Kalau binatang selalu melakukan kejahatan itu sangat wajar, karena tidak mempunyai akal. Tetapi kalau manusia yang oleh Allah dikaruniai akal namun selalu melakukan kejahatan, maka ia harus menerima akibatnya sebagai pertanggung jawabannya.
Karenanya apa yang Allah berikan kepada kita, syukurilah. Manifestasinya adalah iman dan amal shaleh. Manusia yang dimuliakan dan dibaguskan bentuk penciptaannya akan dijatuhkan ke tempat yang paling rendah, kecuali orang yang beriman dan beramal shaleh.
الاالذين امنواوعملواالصالحات فلهم اجر غيرممنون. التين: 6
Kecuali orang- orang yang beriman dan beramal shaleh maka bagi mereka adalah pahala yang tiada putus- putusnya. (QS. At- Tin: 6)
Ciputat, 1993
Drs. H. Djedjen Zainuddin